Nilai Kesabaran dan Ketabahan

Paritranaya sadhunam winasaya ca duskrtam. Dharma samsthapanarthaya sambhawani yuge-yuge (Bhg.IV. 8). Artinya : untuk melindungi orang-orang yang baik dan untuk memusnahkan orang yang jahat, Aku lahir ke dunia dari masa ke masa untuk menegakkan hukum.
Pengalaman hidup membuktikan bahwa orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan dan hidupnya hanya untuk kesejahteraan orang lain mengalami berbagai macam kesulitan. Sebaliknya orang-orang yang selama hidupnya relatif jauh dari perbuatan baik dan hanya mementingkan dirinya sendiri justru mendapat kemudahan hidup. Orang-orang awam yang kebingunan dan sedang mengalami kesulitan hidup, mungkin ada dalam benak  pikirannya terlintas, “ buat apa berbuat baik, buat apa sembahyang setiap hari,  tidak juga merubah keadaan”.


Kondisi seperti ini adalah hal yang wajar dan manusiawi, karena emosi umumnya tidak terkendali. Pengalaman hidup menderita dan sedih  tidak hanya dialami oleh sebagian besar masyarakat kita, tetapi juga dialami pula oleh orang-orang yang dari segi ekonomi berkecukupan. Berbagai kesulitan hidup yang dialami oleh orang yang melakukan kebaikan dan hidup hanya untuk kesejahteraan orang lain, orang tersebut akan menderita secara terhormat dan bertindak sebagai teladan.

Orang-orang seperti ini mengajarkan nilai kesabaran dan ketabahan selama berada dalam kesusahan dan pada akhirnya mendapat perlindungan dari Dharma. Nilai-nilai ini harus digunakan dengan pertimbangan, tergantung pada situasi dan kondisi.Sebuah contoh cerita, Pandawa yang senantiasa sabar, tabah  dan akhirnya mendapat perlindungan dharma. Ketika malam terakhir perang Mahabharata Aswathama putra Drona bersumpah akan membunuh Pandawa sebelum matahari terbit keesokan harinya. Kresna sebagai perwujudan Tuhan (Awatara) mengetahui tekad maut Aswathama, lalu mengambil langkah-langkah antisipasi melindungi Pandawa. Kresna tahu bahwa Aswathama pasti akan mendatangi Resi Durwasa yang sangat bijak untuk menanyakan di mana Pandawa berada.

Resi Agung Durwasa, tidak pernah berbohong, beliau terkenal dengan sifat marahnya, tetapi kemarahannya itu hanya untuk melindungi dharma. Sebelum Aswathama datang, Kresna mendahului mendatangi Resi Durwasa dan berkata :” Maharesi, Aku perlu pertolonganmu”, Durwasa menjawab : saya bersedia memberikan pertolongan apa saja yang diperlukan, tetapi saya tidak bersedia berbohong” .

Kresna berkata : Aku penghuni semua makhluk, Aku lahir berkali-kali untuk melindungi dharma. Bagaimana mungkin Aku menyuruhmu berdusta ? Dharma berarti tingkah laku yang bajik, berdasarkan kebenaran, jelas Aku tidak akan menyuruhmu berbohong. Durwasa menjawab : kalau begitu saya bersedia melaksanakan apa saja yang Tuan katakana. Bagaimana rencananya? Saya akan menjalankannya”.

Kresna minta agar digali sebuah lubang yang dalam, cukup untuk menampung lima orang.

Kresna lalu menyuruh Pandawa masuk ke lubang itu. Lubang itu ditutup dengan papan dan karpet dibentangkan di atas papan, kemudian sebuah kursi Durwasa diletakkan di atas karpet, Kresna minta Durwasa duduk di kursi. Kresna memberi tahu Durwasa, Aswathama akan datang dan menanyakan di mana Pandawa. Katakanlah yang sebenarnya; tetapi dalam mengatakan itu, engkau dapat mengubah nada suaramu agak keras sedikit.

Seperti telah diramalkan oleh Kresna, Aswathama datang, sambil memberi salam hormat kepada Resi Durwasa, ia bertanya : Swami (panggilan pandita),  swami mengetahui segala-galanya dalam tiga alam ini, beritahulah saya di mana saya bisa menemukan Pandawa ?. Durwasa bertindak seperti yang telah diperintahkan  oleh Kresna. Ia mengatakan yang sebenarnya. Ia berkata : “ pandawa, Pandawa, ya mereka ada disini. ! Tentu mereka ada disini ! mereka ada disini di bawah kakiku !.

Ketika Durwasa yang berlagak amat marah memberitahu  keberadaan pandawa kepada Aswathama, bahwa pandawa tepat berada di bawah kakinya, Aswathama merasa ketakutan. Kemarahan Durwasa sangat terkenal dan sangat ditakuti. Aswathama berpikir bahwa bukannya ia yang bisa membunuh Pandawa, malahan ia sendiri terbunuh oleh kesaktian Durwasa, cepat-cepat ia mohon diri dan berlari dengan sangat kencang memasuki hutan belantara.  Dalam mempertahankan kepribadian dan bobotnya sebagai maharesi, dan dengan mengikuti perintah Tuhan untuk melindungi orang-orang yang baik, Durwasa mengucapkan kebenaran, tetapi ia memang mengubah sedikit kesannya dengan nada marah.

Sifat sabar yang terkesan lamban dan sifat emosi yang terkesan tergesa-gesa, kedua-duanya bersifat ekstrem. Di satu pihak tergesa-gesa mengambil tindakan bukan penyelesaian yang didapat tetapi akan menambah atau mendatangkan permasalahan yang baru, demikian juga menunda terlalu lama juga akan menumpuk permasalahan. Jadi harus menggunakan kemampuan mempertimbangkan dan bersikap sabar sampai batas-batas yang sesuai dengan keadaan.   Jika menghadapi orang jahat atau orang yang menempuh jalan sesat, mungkin perlu seolah-olah kehilangan kesabaran, tindakan ini dapat merupakan sikap yang tepat, dengan maksud menghentikan atau menyadarkan mereka ke jalan dharma. Untuk melaksanakan kesabaran dan ketabahan ini tidak boleh ada keterikatan, kebencian dan kedengkian pada diri sendiri apalagi kepada orang lain. (*)

Description: Nilai Kesabaran dan Ketabahan
Rating: 4.5
Reviewer: Jun Junaidi
ItemReviewed: Nilai Kesabaran dan Ketabahan
Jun Junaidi

Penulis:

Judul Nilai Kesabaran dan Ketabahan
Jika ingin menyalin (copy-paste) artikel ini, sertakan link dibawah ini sebagai sumbernya :

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah mengirimkan komentar

 
© Copyright 2010-2011 SD Negeri Satu Kec. Batu Ampar Kab. Kubu Raya All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.