Berikut ini merupakan beberapa paragraf awal dari cerita novel Cahaya Bintang:
Di tengah hamparan rumput yang luas, seorang pemuda tampak asyik 
terlentang di atas jok sepeda motornya. Kedua matanya yang bening tampak
 memandang ke langit lepas, memperhatikan pesona malam yang begitu 
indah. Saat itu, ribuan bintang yang dilihatnya seolah menghibur, 
memberi ketenangan pada hatinya yang lara. Dalam renungannya dia tak 
mengerti, kenapa gadis yang begitu dicintainya lebih memilih pemuda 
lain? Padahal dia sendiri begitu tampan, bahkan sifatnya pun penuh 
dengan kasih sayang.
“Duhai bintang yang gemerlap, duhai malam yang menyelimutiku. Kalian 
adalah teman sejatiku, yang senantiasa menemaniku di dalam keresahan 
ini. Ketahuilah… Hatiku hancur berkeping-keping ketika dia mengatakan 
tak bisa bersamaku. Saat itu juga harapanku punah seketika, berganti 
dengan segala penderitaan yang amat sangat. Kini aku tak punya gairah 
untuk hidup, sepertinya kehidupanku ke depan akan selalu dipenuhi dengan
 segala kesepian yang kian hari memang sudah terasa sepinya.
Kini pemuda itu teringat kembali dengan gadis pujaannya, 
betapa dia tak mungkin sanggup jika hidup tanpanya. Tiba-tiba saja, 
ingatan pemuda itu buyar seketika lantaran deru motor yang kian 
bertambah dekat.
Dilihatnya sorot lampu yang menyilaukan terus melaju, menuju ke 
tempatnya berada. Namun pemuda itu mencoba tak mempedulikannya, dalam 
hati dia sudah bertekad, siapa pun yang datang tidak akan membuatnya 
bergeming dari posisinya sekarang, yang kini sedang asyik merenung dan mengadu pada malam berbintang. Kini 
pemuda itu sudah tak mendengar lagi deru motor yang semula 
mengganggunya, bahkan ingatan sudah kembali tertuju ke berbagai 
peristiwa yang kian membuatnya bertambah sedih.
Rating: 4.5
Reviewer: Jun Junaidi
ItemReviewed: Novel Cahaya Bintang




