PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PAI DI SD

A.Kondisi Objektif PAI di SD
Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan dalam pembelajaran Sekolah terutama Sekolah Dasar (SD), oleh karena itu pembelajaran PAI ini harus selalu ditingkatkan. Berdasarkan observasi yang dilakukan keadaan objektif di Sekolah Dasar (SD)
Gudang Kopi 2 yang terletak di Jl. Pangeran Santri No. 39 Sumedang Selatan, pembelajaran PAI sudah dilaksanakan dengan kurikulum yang sedang berlangsung sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam rangka upaya pemberantasan buta huruf Al-Qur'an sekolah mengadakan pembelajaran Iqra setiap hari jum’at bagi siswa yang tidak mengaji di lingkungan sekitarnya. Bagi yang sudah mengaji di lingkungan sekitar, pendidik mata pelajaran PAI bekerja sama dengan para guru ngaji (Ustad) dalam rangka pengawasan perkembangan.
Dalam upaya pembelajaran pengenalan Tuhan pendidik melakukan kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), I’tikaf di Mesjid, renungan, pesantren kilat di Bulan Ramadhan yang didalamnya bersisi tentang ketauhidan.
Sedangkan dalam upaya pembelajaran praktek ibadah, pendidik mengajarkan tentang teori-teori untuk kelas rendah (1 dan 2). Sedangkan untuk kelas 3 keatas teori tersebut dilaksanakan dengan prakteknya. Untuk aplikasi dalam pelaksanaan ibadahnya dilaksanakan setiap hari Sabtu (Shalat Berjamaah).
Program pembelajaran luar sekolah yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa selalu dilakukan setiap hari sabtu sepulang sekolah. Bentuk kegiatannya adalah:
1.Ziarah
Peserta didik diajak ke makam untuk melakukan ziarah, dan itu dijadwalkan oleh pendidik. Untuk memimpin ziarah pendidik menyuruh seorang siswa yang sudah dianggap mampu dan bisa memimpin ziarah dengan pengawasan dan pantauan pendidik.
2.Tadhabur Alam
Peserta didik diajak bermain ke alam untuk mensyukuri seluruh ciptaan Tuhan YME. Mereka juga diajarkan tentang seluruh manfaat segala sesuatu yang diciptakan tersebut.
3.Latihan ceramah.
Salah seorang siswa disuruh untuk berceramah di depan siswa yang lain. Kegiatan tersebut dilakukan untuk melatih keterampilan berbicara dan mental mereka. Juga sebagai pelatihan kemampuan berdakwah.
Untuk penggunaan metode dan media dalam pembelajaran PAI ini pendidik belum merasakan adanya kendala karena menurut mereka itu semua sudah tercantum dalam perencanaan yang mereka buat. Sehingga ketika akan memulai pembelajaran mereka tidak kebingungan dalam penggunaan metode dan media tersebut.
Upaya yang dilakukan perkembangan spiritual anak di lingkugan sekolah maupun di luar sekolah. Pendidik membuat buku amaliyah siswa yang isinya mengenai kegiatan siswa sehari-hari mulai dari praktik ibadah, akhlak kehidupan sehari-hari. Pada buku tersebut selalu dicatat kegiatan apa saja yang telah siswa lakukan dalam kegiatannya. Pendidik juga menunjuk seorang siswa yang dianggap lebih tua untuk memantau kegiatan sehari-hari. Untuk aplikasi di luar sekolah pendidik menyuruh siswa untuk saling memperingati dan jika ada yang melanggar maka sanksinya adalah nilai
Kendala yang dihadapi selama ini adalah kurang tersedianya tempat ibadah. Solusi yang dilakukan adalah mengajak siswa untuk pergi ke tempat ibadah yang terdapat di lingkungan sekitar, terutama pada saat pelaksanaan praktek ibadah.
Kendala yang lain adalah adanya siswa yang Non Muslim. Siswa Non Muslim yang sengaja membagikan hadiah salib pada saat Natal. Upaya yang dilakukan adalah memanggil anak tersebut beserta orang tuanya untuk diberi pengertian dan pengarahan supaya kejadian tersebut tidak terulang lagi.
Harapan yang selalu ingin dicapai pendidik adalah lulusan mereka bisa membaca Al-Qur'an, mempunyai akhlaq yang baik, serta mempunyai prestasi terutama di bidang keagamaan.
Jika dilihat dari kondisi tersebut, belum adanya permasalahan yang cukup serius yang dihadapi oleh SDN Gudang Kopi 2 ini. Namun permasalahan yang paling besar adalah ke Profesionalan pendidik dalam mengatasi permasalahan yang timbul tersebut.

B.Pemberantasan Buta Huruf Al-Qur’an
Keterampilan membaca Al-Qur’an merupakan bagian dari kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI). Dari keterampilan ini, para siswa diharapkan dapat meguasainya.
Namun kenyataannya keterampilan membaca Al-Qur’an semakin menurun, dan penurunan tersebut mulai terlihat pada tahun 1978-1990. hal ini disebabkan karena pada kurun waktu tersebut guru ngaji semakin berkurang dalam masyarakat. Perkembangan teknologi juga mengakibatkan penurunan tersebut, hadirnya acara Televisi (TV) yang menyajikan acara menarik sehingga anak lebih tertarik untuk menonton TV dibandingkan mengaji. Faktor lainnya yang mempengaruhi kejadian tersebtu yaitu penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Para guru menggunakan metode lama yang memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk bisa membaca Al-Qur'an sehingga para peserta didik menjadi jenuh dan enggan lagi belajar membaca Al-Qur'an.
Ustad As’ad mencoba mengilhami metode Qira’ati dengan menggunakan pendekatan dan mengeksperimentasikan metode Iqra’ dan hasilnya anak-anak bisa membaca Al-Qur'an dalam waktu lebih singkat dibandingkan dengan metode sebelumnya. Inilah fase peningkatan kembali minat membaca Al-Qur'an. Sehingga pada tahun 1991 Menteri Agama RI saat itu (Prof. Munawir, M.A.) di Yogyakarta melantik ratusan santri alumni metode Iqra sekaligus meresmikan metode ini sebagai metode yang membaca Al-Qur'an yang berlaku di seluruh Indonesia.
Upaya lain yang dilakukan dalam pemberantasan buta huruf Al-Qur'an ini, yaitu dengan diatur 3 jalur pendidikan Al-Qur'an:
1.Lewat pendidikan Formal, yaitu setiap sekolah yang dominan Islam wajib mengajarkan pendidikan Al-Qur'an.
2.Melalui pendidikan Informal, yaitu pengajaran mengaji di rumah
3.Melalui pendidikan Non Formal, yaitu tempat pendidikan Al-Qur'an dan sejenisnya.
Namun demikian, walau TKA dan TPA berhasil mengantarkan para santrinya bisa membaca Al-Qur'an. Tapi sayangnya tidak semua siswa SD dan SMP memasuki TKA dan TPA. Akan lebih sulit lagi bagi mereka yang sudah di tingkat SMA dan Universitas. Berdasarkan survey di beberapa sekolah dan Universitas di kota dan kabupaten Bandung, siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa tingkat pertama yang bisa membaca Al-Qur'an.
Beberapa penyebab masih banyak siswa yang belum bisa membaca Al-Qur'an yaitu:
1.Siswa yang masuk sekolah belum bisa membaca Al-Qur'an karena dulunya tidak masuk TKA, TPA atau mengaji.
2.Sekolah tidak mengagendakan program bisa baca Al-Qur'an.
3.Sekolah berprasangka baik (tanpa data) bahwa siswa siswinya bisa membaca Al-Qur'an. Alasannya karena tempat tinggal para siswa banyak terdapat TKA dan TPA.
4.Guru Pendidikan Agama Islam SD hanya mengajarkan membaca Al-Qur'an sesuai dengan kurikulum yang kurang berhasil mengajarkan siswanya membaca Al-Qur'an
C.Pengenalan Tuhan Terhadap Siswa SD
Upaya pengenalan Tuhan terhadap siswa SD biasanya dilakukan dengan cara penyampaian materi tentang ketauhidan yang disesuaikan dengan kurikulum. Dalam penyampaian materi tersebut tentunya guru memilih kata-kata yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak dan dalam penjelasan tersebut guru menghindari kata-kata yang akan membuat anak menggambarkan Allah SWT. Langkah-langkah praktis atau contoh cara menanamkan tauhid dan aqidah terhadap anak, yaitu:
1.Menanamkan tauhid dimulai sejak bayi, yaitu dengan mendengarkan alunan ayat suci Al-Qur’an.
2.Mengajarkan mengucapkan kata-kata Allah, Bismillah, Alhamdulillah, Astagfirullah dan sebagainya.
3.Menegur jika mengucapkan kata yang tidak baik.
4.Jelaskan bahwa semua yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah SWT.
5.Sampaikan kisah para Nabi, Rasul dan orang-orang yang shahih.
6.hindarkan anak dari cerita takhayul dan bid’ah.
7.bawalah ke tempat yang dapat memperkuat tauhid anak.
D.Pelaksanaan Praktik Ibadah di SD.
Pelaksanaan praktek ibadah di SD oleh guru PAI umumnya disesuaikan dengan kurikulum sekarang. Dalam pelaksanaan praktek ibadah ini mulai ditanamkan pada siswa kelas awal, yaitu kelas 1 dan 2 namun pada kelas 1 dan 2 ini hanya ditanamkan teori-teori seperti bacaan wudhu, tata cara shalat dan lainnya. Baru di kelas 3 ke atas mulai diterapkan tata cara pelaksanaan parktek ibadah dengan menserasikan gerakan dengan bacaan. Selain itu, pada tingkat kelas berikutnya mulai disampaikan tentang cara dzikir dan lain-lain. Penanaman dan pembiasaan pelaksanaan parktik ibadah di Sekolah Dasar, Yaitu:
1.Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diwajibkan membaca do’a.
2.Melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah.
3.Dalam pembelajaran PAI, siswa diajarkan baca tulis Al-Qur’an.
4.Siswa disuruh menghafal surat pendek dan mencatatnya di buku tulis.
5.Membiasakan perilaku hormat dan santun terhadap guru.
6.Membiasakan berperilaku saling tolong menolong sesama umat muslim
7.Membiasakan infaq dan shadaqah.

Description: PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PAI DI SD
Rating: 4.5
Reviewer: Jun Junaidi
ItemReviewed: PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PAI DI SD
Jun Junaidi

Penulis:

Judul PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PAI DI SD
Jika ingin menyalin (copy-paste) artikel ini, sertakan link dibawah ini sebagai sumbernya :
 
© Copyright 2010-2011 SD Negeri Satu Kec. Batu Ampar Kab. Kubu Raya All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.