Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak
keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri.
Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing
oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya,
jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena
hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup
karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup
ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh
sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski
airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan
kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya
niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu
berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa
meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga
layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya dengan
seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum
menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang
jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai
pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang
sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu
hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak
bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya
dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya
ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan
mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh
perubahan.
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah
kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga
semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga
keagungan penghormatan. Tidak berlebihan pula jika Rasulullah menjadi seorang
wanita (Fathimah) sebagai orang pertama yang kelak mendampinginya di surga.
Rating: 4.5
Reviewer: Jun Junaidi
ItemReviewed: Wanita Itu Seperti Mutiara
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah mengirimkan komentar